• Home
  • About
  • Beauty
    • Makeup
    • Skincare
    • Fragrance
  • Food&Place
  • Random Talk
Copyright © FIRADWIP'S JOURNAL. Powered by Blogger.

FIRADWIP

instagram twitter pinterest google

Aku nulis post ini pada tanggal 31 Desember 2018 pukul 23.30, nggak kerasa 2018 bakal berganti dalam hitungan menit. Sejauh ini, bisa dibilang 2018 adalah tahun paling membosankan untukku. Gimana nggak membosankan kalo selama delapan bulan di tahun ini dihabiskan di rumah karena aku lumayan lama jobless selepas wisuda. Nggak 100% di rumah memang, tapi aku nggak punya kegiatan tetap seperti biasanya, seperti saat aku sekolah atau kuliah. Tapi walaupun tahun 2018 ini aku nobatkan sebagai tahun paling membosankan, tetep ada aja loh peristiwa-peristiwa penting buat aku, mau itu happy atau yang sedih. Aku nulis ini sebagai pengingat, apa aja peristiwa penting buatku yang terjadi di tahun 2018. Jadi, apa aja sih?

Sidang
– Finally, got my bachelor degree!
27 Maret 2018 – akhirnya sidang setelah nyusun skripsi selama lima bulan. Sebenernya aku bisa lebih cepat dari ini, dan jujur hal ini jadi penyesalan terbesar aku tahun ini. Mungkin bakal jadi penyesalan seumur hidup sih, tapi seengganya gara-gara hal ini aku jadi belajar buat nggak nunda-nunda dan nyepelein suatu pekerjaan, sesusah atau semudah apapun itu.

Wisuda
– Officially, Bachelor of Cultural Science!
05 Mei 2018 – nggak ada hal yang terlalu spesial sih di wisudaku. Make up sendiri, kebaya beli jadi, dan bawahan minjem sepupu. Bener-bener wisuda dengan persiapan yang minim, kadang jadi pingin ngulang waktu buat nyiapin persiapan wisuda lebih maksimal. Tapi yaudah lah ya, lagian wisuda cuma prosesi formalitas aja, mungkin? Hal yang paling penting buat aku hari itu pas ngeliat orang tua excited banget pas aku naik panggung buat ngambil ijazah dan salaman sama rektor. Selebihnya aku happy dan super duper grateful, tapi mungkin bukan hari yang terlalu membekas buatku.

Life as jobseeker
Tahun ini emang aku melabeli diri sendiri as a jobseeker. Bolak-balik Jakarta buat tes seleksi, entah itu psikotest atau interview. Dari yang awalnya nginep bareng temen, terus akhirnya berani pulang pergi tapi bawaan segembol, sampai akhirnya cuma bawa totebag atau slingbag aja kaya yang mau main. Awalnya takut, ke Jakarta sendirian, tapi lama-lama aku enjoy banget dan kalo udah lama nggak ke Jakarta jadi kangen.

Meet my new babies: Meng, Moci, Bolu, & Cimol!
AKHIRNYA aku melihara kucing, seneng banget! Awalnya sering liat kucing ini berkeliaran di daerah rumah aku, bulunya lumayan tebel dan cepet banget akrab sama manusia, nggak kayak kucing liar kebanyakan. Karena sering dikasih makan sama aku dan keluargaku, akhirnya dia diem di rumah dan kami kasih nama Meng. Ternyata Meng lagi hamil, setelah kurang kebih sebulan di rumah akhirnya dia melahirkan tiga ekor anak kucing yang lucu banget! Ketiganya jantan dan aku kasih nama Bolu, Moci, dan Cimol.

Tes CPNS
Setelah sidang dan wisuda, aku bener-bener mempersiapkan diri buat tes CPNS ini. Belajar pagi siang sore malem subuh, dari duduk tiduran sampe jungkir balik, dan akhirnya nggak lolos. It’s break my heart a lot, like A LOT. Aku ngerasa ngecewain orang tua, mereka nggak pernah nyuruh ataupun maksa aku buat ikut tes ini, tapi aku tau mereka berharap banget aku lolos. Bisa dibilang ini patah hati terbesar aku tahun ini, butuh kurang lebih seminggu buat aku berhenti nangis tiap malam gara-gara ini. Tapi, mungkin emang belum rezekinya lolos tahun ini.

Sidang & Wisuda Azhari
It’s such a blessing to finally pass this milestone together. Ngerjain skripsi bareng, ngelewatin sidang bareng, bikin aku deg-degan juga waktu dia mau sidang, aku ikut pusing juga waktu dia pusing gara-gara skirpsinya, begitu juga waktu dia sidang dan wisuda, aku ikut super duper seneng. Azhari berperan besar banget sih dalam penyusunan skripsi aku, to be honest, nggak cuma saat penyusunan skripsi tapi berperan sangat besar di kehidupan aku. Padahal aku sendiri nggak tau aku berperan atau nggak selama pembuatan skripsi dia, karena aku nggak ngerasa banyak ngebantu. Jadi penasaran, aku ada nggak ya di ucapan terima kasih skripsinya Azhari? Hahaha. Tapi di luar itu semua, aku happy dan excited banget waktu dia sidang dan wisuda!

Itu semua highlight of the year aku. Nggak cuma yang seneng-senengnya aja, tapi ada juga yang bikin aku sedih dan belajar dari pengalaman tersebut. I am beyond excited to face 2019. Semoga 2019 aku, temen-temen, dan orang-orang yang kita sayangi dipenuhi oleh kebahagiaan ya. Jadi, gimana sama temen-temen? Apa aja peristiwa penting yang temen-temen alami selama tahun 2018 ini?



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Bertahun-tahun aku “musuhan” sama yang namanya sunscreen, beberapa bulan lalu sempat mencoba damai dan ternyata salah milih produk yang berakhir musuhan lagi. Aku selalu mikir pake sunscreen itu nggak nyaman karena rasanya lengket dan greasy, terlebih di kulitku yang berminyak dan acne prone. Tapi, akhir-akhir ini L'oreal UV Perfect Matte and Fresh SPF 50 PA++++ lagi booming dan di-rave sama banyak beauty influencer, katanya cocok banget buat oily skin! Akhirnya aku beraniin diri buat coba, and you know what? I love this sunscreen, THAT much!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar




Salah satu café yang terletak di Jalan Progo ini langsung menarik perhatianku sejak pertama kali dibuka, apalagi kalo bukan karena bentuk bangunannya yang nggak biasa dan namanya yang unik, Sejiwa Coffee. Udah berkali-kali ke sini dan selalu betah berlama-lama karena suasananya yang nyaman. Rekor terlama duduk di café ini adalah tujuh jam buat belajar bareng sepupuku.

Bentuk bangunan Sejiwa terlihat seperti rumah kaca yang terdiri dari dua lantai, lantai bawah untuk non-smoking sementara area smoking berada di lantai atas. Saat kita masuk ke dalam café ini, kita akan disambut oleh semerbak aroma kopi yang bikin tempat ini makin nyaman buatku, terlebih karena aku suka harum kopi. Selain disambut aroma kopi, begitu masuk kita akan disambut lukisan pop art yang lucu dan tulisan puisinya Pak Sapardi Djoko Damono yang berjudul Aku Ingin.




Menurutku lantai bawah terasa lebih nyaman walaupun ramai karena pembuatan kopi dan transaksi pembayaran dilakukan di tengah ruangan yang didominasi warna putih ini, sedangkan lantai dua rasanya lebih panas terutama pada siang hari dan karena khusus area smoking jadi lumayan banyak asap rokok, tapi pemandangan di lantai dua lebih bagus, apalagi di sore hari.

 



Sejiwa Coffee sempat viral pada akhir tahun 2017 karena Bapak Jokowi bersama beberapa menteri  datang ke café ini untuk mencicipi kopinya setelah meresmikan Jalan Tol Seroja. Aku kurang tahu orang nomor satu di Indonesia itu memesan apa aja, tapi yang pasti salah satu menu yang beliau pesan adalah Es Kopi Jiwa yang sekarang menjadi signature drink di tempat ini. Sejak saat itu, di buku menu ada tulisan “President’s choice” di sebelah menu Es Kopi Jiwa, mungkin untuk menarik peminat. Tapi, di luar kopi ini pilihan Bapak Jokowi atau bukan, Es Kopi Jiwa emang mempunyai rasa yang enak.

 
 
Selain Es Kopi Jiwa, terdapat juga berbagai varian kopi lainnya. Disediakan juga makanan berat dan makanan ringan. Harganya emang nggak bisa dibilang murah. Es Kopi Jiwanya saja dibandrol dengan harga 29 ribu dan belum termasuk pajak. Tapi, harga emang nggak ngebohongin rasa, karena sejauh ini makanan dan minuman yang aku pesan rasanya enak! Bahkan nasi gorengnya pun enak banget.


Overall, Sejiwa Coffee ini udah cocok masuk kejajaran café hits kekinian kota Bandung, karena tempatnya yang stategis, suasananya yang nyaman, makanannya yang enak, dan terutama instagramable!

Sejiwa Coffee
Jalan Progo nomor 15 Bandung
Opening hours: 7am – 11pm
Wifi: yes       |      Electric plug: yes


 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Kedai kopi yang terletak di Jalan Braga ini dulunya adalah toko buku dengan nama yang sama, Toko Buku Djawa. Sayangnya, Toko buku legendaris itu kian lama kian sepi pengunjung dan akhirnya terpaksa harus mengakhiri perjalanannya pada tahun 2015 setelah berjualan buku sejak tahun 1955. Berselang dua tahun sejak toko buku yang konon menjadi langganannya Pak Habibie ini tutup, gerai buku tersebut dirombak menjadi sebuah kedai kopi. Masih dengan suasana yang sama, Kopi Toko Djawa sengaja tidak ingin mengubah toko buku sepenuhnya. Maka sejak Desember 2017, dimulailah perjalanan reinkarnasi kata menjadi rasa di Jalan Braga nomor 79.


Entah sejak kapan, Kopi Toko Djawa ini bisa dibilang menjadi salah satu happy place-ku di Bandung. Tiap sedih, marah, atau sekedar bad mood, mengujungi kedai kopi ini bisa bikin perasaan membaik. Mungkin suasananya yang tenang dan bikin betah jadi salah satu faktornya. Bangunannya masih sama dengan ketika kedai kopi ini masih berfungsi sebagai toko buku. Terbilang mungil memang, berbanding terbalik dengan pengunjungnya yang kadang membludak. Jadi, kalau pengunjungnya lagi ramai, kadang ada aja yang ngebela-belain minum kopi sambil berdiri atau duduk-duduk di kursi Braga depan kedai kopi ini.






Jangan harap ada wifi di sini, karena sebagai gantinya ada tumpukan buku dengan berbagai genre yang bisa kita baca di tempat. Kedai kopi bernuansa etnik ini seakan sengaja memaksa pengunjungnya untuk lebih banyak membaca buku dan berinteraksi dengan pengunjung lain, dibanding tenggelam dalam gadgetnya masing-masing. Oh iya, nggak ada toilet di sini! So make sure don’t pee ur self here hehe kalau emang udah harus banget ke toilet, kita boleh ikut ke toilet SugaRush di sebelah kedai kopi ini.



Menunya sendiri menyajikan berbagai macam kopi dan cemilan seperti donat, brownies, dan lain-lain, Pastiin mengunjungi kedai kopi ini nggak dalam keadaan lapar ya, karena Kopi Toko Djawa nggak nyediain makanan berat. Best seller-nya adalah Es Kopi Toko Djawa (campuran kopi susu dengan gula jawa) dan Es Kopi Awan (kopi susu dan gula jawa yang di atasnya ditambah creamy foam).

Es Kopi Toko Djawa (kiri) dan Es Kopi Awan (kanan)

Dari semua Es Kopi di Bandung yang udah aku coba, jujur, Es Kopinya Kopi Djawa ini yang paling aku suka. Kopinya nggak terlalu strong tapi rasanya masih tetap mendominasi dibanding rasa manis gula jawanya. Favorite-ku Es Kopi Awan karena aku suka banget sama creamy foam-nya. Untuk makanannya aku baru nyoba Matcha Brownies dan Cinnamon Rolls. Matcha Browniesnya enak! Nggak terlalu manis dan ada hint paitnya sedikit khas rasa mathca. Kisaran harganya 15 – 35 ribuan, masih terbilang terjangkau untuk rasa kopi dan cemilan seenak ini.


Best time buat dateng ke kedai kopi ini adalah sore hari dan duduk di kursi yang menghadap jendela besar. Menyaksikan lampu-lampu jalanan dan pertokoan di Braga satu persatu mulai nyala itu rasanya magical!



Kopi Toko Djawa
Jalan Braga No. 79 bandung
Opening hours: everyday 10am – 10pm
 
Wifi: no | Electric plug: yes 




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku bukan tipe orang yang bisa konsisten nonton suatu series sampai tamat. Sejauh ini baru ada dua series yang berhasil aku tamatin, salah satunya The End of The F***ing World and honestly I really enjoy watching this series over and over again.

 
The End of The F***ing World rilis di Netflix tanggal 05 Januari 2018. Season pertama ini cuma ada delapan episode dan durasi per episodenya sekitar 20 – 25 menit. Sedikit dan bentar banget ya? Mungkin itu salah satu faktor juga kenapa aku bisa nonton series ini sampai selesai dan nyelesainnya cuma dalam satu malam.

Sebenernya inti dari ceritanya cukup simpel: remaja laki-laki bernama James yang bisa dibilang heartless, nggak bisa ngerasain dan mengerti perasaannya sendiri bertemu Alyssa, remaja perempuan yang careless dan free-spirited, dan pada akhirnya mereka berdua jatuh cinta. Kedengeran klise dan ngebosenin kan? Tapi jalan ceritanya nggak sesimpel itu, karena James yang merasa dirinya seorang psikopat udah ngerencanain buat ngebunuh Alyssa dalam perjalanan pelarian mereka bedua, sampai akhirnya suatu tragedi terjadi di tengah-tengah pelarian mereka. Tragedi apa, sih?






Satu hal yang aku suka dari series bertema coming of age ini, tokoh-tokohnya cukup realistis. Nggak kayak kebanyakan film atau series lain yang tokohnya keliatan sempurna banget, tokot-tokoh di series ini dibuat sangat mirip dengan remaja di dunia nyata, jadi mungkin lebih kerasa dekat dengan penontonnya. Dua tokoh utama di series ini adalah James dan Alyssa.

 


James (Alex Lawther), remaja laki-laki yang dari kecil nggak tebiasa merasakan perasaan apapun dan hal itu membuatnya merasa bahwa dirinya seorang psikopat. Sebenarnya James nggak punya masalah khusus yang bikin dia mau-mau aja ngikutin Alyssa kabur, tujuan utamanya adalah mau ngebunuh Alyssa di perjalanan mereka nanti.

Alyssa (Jessica Barden), seorang remaja perempuan yang merasa dirinya not belong to anywhere. Dia nggak terlalu fit in di antara temen-temannya yang terobsesi dengan tehknologi. Selain itu dia merasa terasing di keluarganya sendiri karena ibunya menikah lagi dan memiliki dua orang anak dari seorang laki-laki yang jahat dan kurang ajar. Karena hal itulah dia merasa muak dan memutuskan mengajak James untuk melarikan diri.




James dan Alyssa sendiri walaupun terkesan nakal, rebel, berandalan, tapi sebenernya mereka manis banget! Menurutku mereka cuma clueless tentang diri mereka sendiri, tentang lingkungan dan keadaan sekitar mereka, juga tentang hal yang akan terjadi.

Series ini lebih dari sekedar murder thriller dan juga bukan drama comedy yang bikin cringe. Sebenernya suguhan dramanya cuma sekedar bumbu di series ini, tapi justru itulah yang bikin series bergenre dark comedy ini sedikit lebih berwarna dan nggak terkesan terlalu gloomy.

Berbeda dengan pemasalahan remaja di film kebanyakan yang hanya seputar percintaan, pertemanan, atau sekolah, series ini justru mengangkat konflik yang cukup serius yaitu seputar kekerasan, perampokan, dan pembunuhan. Tapi walau mengangkat konflik yang cukup serius, semua permasalahan tersebut nggak dikemas dengan berat, jadi masih sangat bisa dimengerti dengan ringan untuk sekedar hiburan yang menyenangkan.




Oh, and I love the cinematography! Aku emang nggak ngerti tentang hal-hal kayak gini. Tapi yang aku tau, selama aku nonton series ini mataku dimanjain sama gambar-gambar yang bagus plus di dua episode terakhir kita disuguhin sama pemandangan yang super duper bagus!




The End of The F***ing World adalah series yang sebaiknya ditonton oleh yang udah berumur 18+ karena banyak kata-kata kasar (udah keliatan dari judulnya lah yah), lumayan banyak adegan kekerasan, dan terdapat beberapa adegan disturbing.

Satu lagi hal yang aku suka dari series ini: soundtracknya! Pemilihan lagu dan penempatannya pada tiap adegan tuh kerasanya pas banget. Beberapa lagu yang aku suka dari soundtrack series ini adalah:


Laughing on the outside – Bernadette Carrol
Angry Me – Graham Coxon
It’s All Blue – Graham Coxon
That’s How I Got to Memphis – Tom T. Hall


Sebagai penutup post kali ini, berikut beberapa quotes dan dialog yang aku suka dari series The End of The F***ing World:

Episode 1

Alyssa: I’m not saying he is the answer. But, he is something.

Alyssa: I’ve seen you skating. You pretty shit.
James: Fuck off.
---
Episode 2
Alyssa: Do you want me or do you just go along with things?
James: I want you.
---
Episode 4
James: I was never Alyssa’s protector. She was mine.
---
Episode 5
Alyssa: I’m sorry I left you.
James: I’m sorry I killed him.
Alyssa: I will never leave you again.
James: Ok.
---
Episode 6
James: As the hours passed, I realized that I felt different. Sort of new. She’d come back for me. We were really doing something, going somewhere, and it felt good.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Hi, gorgeous! Sekarang aku bakal review salah satu liquid lipstick lokal lagi, sebenernya udah lama aku tertarik sama liquid lipstick ini tapi karena kebetulan anaknya suka mager belanja online makannya belum sempet beli. Terus kemarin pas ada acara Beauty Marketnya GoGirl! ternyata Mad For Lipstick buka stand di sana, nggak mikir dua kali aku langsung beli Mad For Lipstick Matte Liquid Lipstick yang shade introvert.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Dari pertama pakai foundation ini aku langsung stick with this one. Aku bener-bener ngerasa foundation ini cocok banget di kulit aku yang oily. Sebenarnya aku udah agak lama pakai L’Oreal Infallible Pro-Matte Foundation ini, tapi baru sempet review sekarang setelah berkali-kali pakai dan akhirnya ngerasa bener-bener klop.
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar


Sebagai orang yang gampang jerawatan, aku udah nggak asing lagi sama body shaming. Mulai dari “loh sekarang jerawatan”, “kok jerawatan sih? Dulu nggak separah ini kayaknya” sampe pertanyaan yang bikin cringe maksimal kayak “gimana rasanya jerawatan?” (Ya menurut lo aja kali yyyyy!) udah pernah aku denger. Secara sederhana, body shaming adalah memberikan komentar negatif terhadap bentuk fisik seseorang. Menurutku, body shaming tentu ada hubungannya sama standar kecantikan yang udah melekat erat dalam masyarakat karena body shaming terjadi ketika seseorang melihat orang lain yang menurutnya nggak memenuhi standar kecantikan yang ada dalam masyarakat atau yang ada dalam pikirannya.
 
Contohnya aja nih ya, aku kadang kena body shaming waktu jerawatan, kenapa? Simply karena mereka yang melakukan body shaming itu nggak menganggap seseorang yang jerawatan itu cantik (padahal menurutku orang jerawatan atau engga tuh tetep aja cantik!). Aku punya temen yang emang dia cantik banget, yang mungkin emang masuk ke standar kecantikan masyarakat: tinggi semampai, berat badannya ideal, have a clear skin, rambut panjang hitam. Pas kita lagi ngebahas tentang body shaming, ada yang nanya ke dia “pernah nggak sih dikomentarin yang jelek-jelek tentang penampilan?” dia jawab nggak pernah. Balik lagi, mungkin karena dia emang masuk ke dalam standar kecantikan yang udah merekat di masyarakat.

Dalam kasusku, body shaming dilakukan oleh seseorang yang nggak terlalu dekat atau orang dekat yang udah lama nggak ketemu, misalnya keluarga atau teman yang ketemu satu atau dua kali dalam setahun karena tempat tinggalnya jauhan. Tapi sayangnya, dilansir dari akun instagram @thistemporary, body shaming yang dialami sebagian besar orang justru datang dari orang terdekatnya seperti keluarga, sahabat, atau bahkan pacar yang seharusnya dapat menjadi zona nyaman masing-masing.

Lalu, gimana sih cara ngatasin body shaming dari perspektif sebagai korban maupun pelaku? Buatku, cara ngatasin body shaming saat aku menjadi target atau korbannya adalah dengan berpikir positif. Anggap aja orang yang melakukan body shaming tersebut sebenarnya cuma ingin menyampaikan saran atau ingin kita mempunyai penampilan fisik yang lebih baik lagi, tapi cara penyampaiannya salah. Dengan berpikir positif kita nggak akan berlarut-larut dengan emosi marah atau sedih karena ngerasa dihina secara fisik dan justru menjadikannya motivasi biar bisa jadi lebih baik lagi. Karena pada dasarnya, kita nggak bisa mengatur pikiran dan ucapan orang lain, selain diri sendiri.

Sedangkan cara ngatasin body shaming dari perspektif sebaliknya adalah dengan berpikir sebelum berbicara. Selalu pikirin perasaan dan reaksi lawan bicara sebelum kita mengatakan sesuatu. Lalu, posisikan diri kita di sudut pandang lawan bicara kita. Pikirkan lah kalau kita jadi mereka, apa kita bakal senang dengar ucapan tersebut? Dan yang paling penting, jangan termakan standar kecantikan yang ada dalam masyarakat, inget kalo semua perempuan itu cantik. Yuk, mulai sekarang stop melakukan body shaming!

 
 






Photo cover by Scott Webb on Unsplash
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Hi, gorgeous! Setelah nggak nulis blog dari bulan September karena ngurusin skripsi, akhirnya hari ini aku balik lagi nulis di blog and decided to review one of my favorite lip cream ever! Pixy Lip Cream mempunyai 12 shade yang cantik-cantik, kali ini aku bakal nge-review tiga dari dua belas shade favoritku.
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

About me
Happy to share anything interesting.

You can reach me on sdprawita@yahoo.com and share anything with me!

Catch Up

Search

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2021 (4)
    • ►  February (3)
    • ►  January (1)
  • ►  2020 (5)
    • ►  December (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2018 (9)
    • ▼  December (4)
      • 2018: My Highlights of The Year
      • Review L'oreal UV Perfect Matte and Fresh – Sunscr...
      • Es Kopi Jiwa di Sejiwa Coffee: Es Kopi Pilihan Bap...
      • Kopi Toko Djawa: Merangkai Senja di Jalan Braga
    • ►  November (1)
      • The End of The F***ing World Review and Why I Love...
    • ►  July (1)
      • Review Mad For Lipstick - Matte Liquid Lipstick: I...
    • ►  June (2)
      • Review L'Oreal Infallible Pro-Matte Foundation: 10...
      • How I Deal with Body Shaming
    • ►  May (1)
      • Review Pixy Lip Cream: 06 Bold Maroon, 08 Delicate...
  • ►  2017 (17)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (4)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ►  2016 (17)
    • ►  December (1)
    • ►  November (5)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)

Popular Posts

  • Review Zara Oriental & Fruity Eau de Toilette
  • Review Hada Labo Tamagohada Mild Peeling AHA/BHA Make Up Remover + Face Wash
  • Review Wardah EyeXpert Eye Makeup Remover
  • Review Revlon Ultra HD Matte Lipcolor: 655 Kisses

Total Pageviews

Amazing People

Part of

Blogger Perempuan
BEAUTIESQUAD

Created with by BeautyTemplates